No one knows God's plan exactly. Kamu pikir kalau kamu jodoh dengan pacarmu, kenyataannya kalian berdua harus putus di tengah jalan. Orang yang terlihat sehat, tiba-tiba meninggal begitu saja. Bukannya aku mau menakut-nakuti, kenyataannya, memang tidak ada yang pernah tahu rencana Tuhan. Seberapa kuat kita menjaga atau berhati-hati, selalu saja ada masalah datang menghampiri. Apakah Tuhan tidak sayang? Jelas Tuhan sayang. Entah agama apa yang kamu percaya, tetapi satu hal yang kita semua yakin bahwa selalu ada rencana Tuhan yang indah. Iya kan? Mau kamu agama Islam, Kristen, atau Budha, kita selalu diajarkan bahwa Tuhan punya rencana terbaik dalam hidup kita. Nah, cukup itu yang kita yakini!
Sekilas aku mau flashback mengenai hidupku. Tahun 2013, tepatnya tanggal 24 Maret, dengan sangat mendadak aku harus kehilangan Mamiku. Saat itu, aku masih berkuliah di Jogja. Aku masih ingat dengan jelas, hari itu hari Kamis. Aku sedang makan bersama temanku seusai latihan dancer di gereja. Tiba-tiba, Om ku menelpon dan mengabarkanku harus pulang dengan segera karena Mami akan dioperasi. Aku pun berhenti makan dan langsung menangis. Om ku meminta tolong pada temannya yang berada di Jogja untuk membelikanku tiket kereta dan menjemputku. Aku panik dan langsung pulang ke kost. Temanku, Febe, dia membantuku packing dan mengantarkanku ke tempat dimana teman Om ku menjemput. Aku langsung diantar ke stasiun dan naik kereta. Aku sampai di Tangerang jumat pagi dan langsung menuju ke rumah sakit. Mamiku saat itu masih lemah dan dirawat di ICCU. Kupikir, mami pasti akan baik-baik saja karena ini hanya operasi usus buntu. Aku tidak terlalu ambil pusing dan selalu berpikir optimis. Saat aku masuk ke ICCU, Mamiku sempat bertanya, "Naik apa?" dan aku menjawab "naik kereta." Lalu, dia pun kembali tertidur.
Mamiku tidak bisa dijenguk ataupun ditunggu. Pengawasan di ruang ICCU sangat ketat dan hanya memperbolehkan menjenguk di jam 10.00-12.30. Jadi, aku hanya ke rumah sakit untuk menengok, lalu kembali pulang. Hari sabtu sore, aku ingin mengikuti ibadah kaum mudah, sebelumnya aku ingin ke rumah sakit dulu untuk memastikan keadaan Mami. Ternyata, Mamiku sedang menangis dan tidak mau dipasang oksigen. Yang kulihat, sepertinya dia merasa gelisah berada di rumah sakit. Aku pun mengurungkan niatku ke gereja, dan menunggu Mamiku, berusaha menenangkannya dan memaksanya untuk mengenakan oksigen. Setelah diselidiki, di paru-paru Mami terdeteksi terdapat racun yang ga jelas dari mana. Singkat cerita, Mami koma. Aku tidak pernah menyangka, bahwa dari penyakit usus buntu hingga sampai paru-paru terkena racun dan koma. Aku nangis. Dokter pun seperti berkata bahwa tidak ada harapan. Akhirnya, aku menunggu di rumah sakit dan tidur di sebelah Mamiku. Aku terus berdoa dan membacakan ayat-ayat alkitab yang kuingat dan yang membawa pengharapan. Aku yakin Mami mendengarnya walau dia koma. Sekitar pukul 3 pagi, secara tiba-tiba hembusan nafasnya berhenti, aku yang pindah tidur di luar langsung lari masuk ke ICCU. Puji Tuhan, setelah dipacu jantung, jantung Mami kembali berdetak. Sayangnya, detak jantungnya hanya sanggup bertahan sampai jam 6 pagi. Aku kehilangan sosok Mamiku pagi itu. Dia pergi selamanya, melepaskan untuk berjuang di dunia ini tanpa tuntunannya.

Prosesnya berlangsung sangat cepat. Aku sangat terpukul saat itu. Aku kehilangan sosok yang selalu bersamaku selama 20 tahun. Aku benar-benar terlihat seperti orang bingung, yang tidak tau harus gimana lagi jika harus hidup tanpa seorang ibu. In fact, life must go on. Kalau aku sedih terus, mau jadi apa aku nanti? Honestly, aku kehilangan semangat hidup pada awalnya. Semula, aku yang tertata dalam hidup, kini menjalani hidup tanpa rencana. Hidup ya asal jalan. Kuliahku mulai berantakan, aku lebih senang untuk bermain dibandingkan harus belajar. Dan itu terbukti dari IP ku yang turun drastis di semeter 4. Aku benar-benar kehilangan sosok yang membimbing. Aku menyadari bahwa aku tidak menjadi semakin di dewasa di situasi seperti ini. Puji Tuhan, aku selalu punya orang-orang baik di sekitarku. Aku selalu cerita ke Mami Komselku, dan dia terus mensupport aku untuk terus semangat dan jadi pribadi yang dewasa. Aku punya Om dan Tante yang selalu memperhatikanku dan mencoba menjadi orangtua bagiku di saat aku kehilangan Mamiku. Oh ya, uang kuliahku hampir sepenuhnya ditanggung oleh Omku. Mamiku bukan orang kaya, gak ada harta warisan apapun yang ditinggal. Saat Mamiku meninggal, Om ku (adik Mami) berkata, "Kamu gak usah pusing uang kuliah, tetep kuliah aja, nanti Soiku yang bayar." Ini semua bener-bener anugerah Tuhan. Kalau bukan Tuhan yang menggerakkan, mana mungkin hal seperti ini bisa terjadi.Hingga sekarang, aku udah selesai sidang, dan kuliah sampai selesai, Ini semua adalah anugerah Tuhan, bukan karena aku melakukan perbuatan baik atau apapun juga, tapi kasih Tuhan yang selalu mengalir dalam hidupku.
Satu hal yang selalu aku inget, setiap aku sedih inget Mami, ada suara yang berkata, "Aku Bapamu, dan engkau anakKu."
Mazmur 27:10 berbunyi, "Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku." Inilah yang jadi peganganku, Aku sudah tidak mempunyai ibu, bahkan ayahku sudah memiliki keluarga baru, aku percaya aku punya Tuhan yang selalu bersamaku. Sosok yang tinggal dalamku dan selalu menolongku. Hingga saat ini, hidupku benar-benar terpelihara. Sudah 2 tahun lebih Mami pergi meninggalkanku, tetapi sekalipun aku tidak pernah kekurangan apapun ataupun merasa kesepian. Aku percaya semua karena Tuhan. Aku memang tidak mengerti rencana Tuhan dalam hidupku, kenapa Mamiku harus meninggal begitu cepat. Yang aku tahu semua ada untuk mendatangkan kebaikan. Mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik dan menyenangkan hati Tuhan. Pesanku cuma satu untuk siapapun yang saat ini dalam masa sulit, percayalah!
Kamu boleh tidak mengerti kenapa kejadian buruk menimpamu, tapi pastikan kamu melihat buah yang baik di balik hal tersebut.