Kali ini, aku pingin share mengenai suka duka ketika kuliah di kota pelajar alias Yogyakarta.
Begitu lulus SMA, aku begitu semangat karena akan menjalani aktivitas baru, yaitu perkuliahan. Yang lebih buat excited adalah belajar untuk hidup mandiri. Awalnya, Mami mati-matian melarang supaya aku mau kuliah di jakarta atau tangerang saja. Aku udah diiming-imingi macem-macem, tetapi sekalinya aku ingin sesuatu, aku tetap ingin itu saja. So, aku tak peduli apapun yang Mamiku tawarkan, aku ingin sekali merasakan hidup kost.
Rasanya pertama kali jadi anak kost adalah sepi, tetapi itu bukan masalah besar buatku. Dari kecil aku sudah menjadi anak tunggal, kalau Mami kerja, di rumah aku harus sendiri, aku sudah terbiasa mengatasi itu semua. Yang menjadi permasalahan utama buatku adalah mencuci. Seumur hidup, dari kecil sampai lulus SMA, aku belum pernah mencuci baju, jadi, yang kulakukan adalah telepon Mami, tanya gimana caranya cuci. Alhasil, aku dimarahin (yaiyalah, perempuan kok ga ngerti caranya cuci baju). Permasalahan lain bisa kuatasi. Puji Tuhan, aku adalah orang yang sangat mudah untuk beradaptasi. Jadi aku bisa mengatasi segala permasalahan jadi anak kost dan memiliki banyak teman.
Permasalahan yang paling merepotkan jadi anak kost adalah home sick. Akibatnya, aku suka bolos untuk bisa pulang ke rumah. Ada aja alasanku untuk pulang, dan puji Tuhan, Mami selalu mengijinkan, selama jatah bolosku tidak terpakai semua. Teman-temanku pun sampai heran kenapa aku sering banget pulang. Bahkan, di akhir semester, aku suka mempercepat kepulanganku, ujian akhir pun kuminta untuk ujian sendiri, dengan berbagai macam alasan sok sibuk ke dosen. *licik
2 tahun kuliah, aku merasa semuanya baik-baik saja, kebutuhkanku pun selalu terpenuhi, walaupun Mamiku cuma buka toko kelontong. Dia selalu berusaha supaya aku tetap bisa kuliah, walaupun harus pinjam uang sana-sini. Permasalahan besar yang mendera adalah perginya Mami ke pangkuan Abraham. Ini adalah masalah paling besar buatku saat itu. Kuliahku sampai terbengkalai. Aku selalu pergi main, supaya aku lupa sama kesedihanku, tetapi puji Tuhan, Dia selalu rangkul aku. Perlahan-lahan demi perlahan-lahan, aku bisa bangkit lagi, bisa tetap kuliah, dengan bantuan keluarga dari pihak Mamiku.
Kemudian, bulan Juni 2015, itulah yang menjadi titik balik hidupku. Aku mendaftar ujian tanggal 22, kupikir, ujianku setelah lebaran which is akhir bulan Juli, jadi kuputuskan untuk pulang dulu ke rumah. Sayangnya, untuk mengejar akreditasi, ujianku dimajukan menjadi tanggal 30 juni. So, aku baru 3 hari di rumah, kemudian aku balik lagi ke yogya. Aku merasa ga begitu siap sebenarnya. Takut saja, karena materi skripsiku bukanlah sesuatu yang bisa diukur pake logika, tetapi permasalahan sosial yang hanya bisa dirasakan.
Dengan beralaskan doa dan rasa percaya diri, akhirnya aku maju sidang tanggal 30 Juni, Puji Tuhan, aku punya Febe dan Dea yang bersamaku. Selesai sidang, mereka sudah buat hiasan-hiasan alay untukku, katanya aku alay, jadi dibuat begitu --" Finally, gelar S.S ada di tangan.
Tanggal 17 Oktober, aku pun resmi diwisuda. I'm so happy and glad because there is my family who come. Intinya adalah aku merasa bersyukur bisa kuliah di Yogya, dengan segala permasalahan yang pernah kulalui, itu semua buat aku semakin dewasa dan bukan menjadi orang yang manja. Kemudian, tanpa dukungan dari orang-orang terkasih, belum tentu aku bisa sampai di tahap ini, so I wanna say thank you untuk keluarga dan semua teman-temanku, karena kalian begitu berharga :*
Tinceee :))) aku jadi keranjingan baca blogmu nih, rupanya ada namaku disebut.
BalasHapus*ehem* boleh dong follow blog akyuuuuu
nanti kuhapus dehh namamu wkwkwk
Hapus